About Us

Rabu, 22 Mei 2013

Inggit Ganarsih


Inggit Garnasih lahir di Desa Kamasan, Kecamatan Banjaran, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, 17 Februari1888 – meninggal di Bandung, Jawa Barat, 13 April1984 pada umur 96 tahun adalah istri kedua Soekarno, presiden pertama Republik Indonesia. Mereka menikah pada 24 Maret1923 di rumah orang tua Inggit di Jalan Javaveem, Bandung. Pernikahan mereka dikukuhkan dengan Soerat Keterangan Kawin No. 1138 tertanggal 24 Maret1923, bermaterai 15 sen, dan berbahasa Sunda. Sekalipun bercerai tahun 1942, Inggit tetap menyimpan perasaan terhadap Soekarno, termasuk melayat saat Soekarno meninggal. Kisah cinta Inggit-Soekarno ditulis menjadi sebuah roman yang disusun Ramadhan KH yang dicetak ulang beberapa kali sampai sekarang




m.tempo.co

Ia terlahir dengan nama Garnasih saja. Garnasih merupakan singkatan dari kesatuan kata Hegar Asih, dimana Hegar berarti segar menghidupkan dan Asih berarti kasih sayang. Kata Inggit yang kemudian menyertai di depan namanya berasal dari jumlah uang seringgit. Diceritakan bahwa Garnasih kecil menjadi sosok yang dikasihi teman-temannya. Begitu pula ketika ia menjadi seorang gadis, ia adalah gadis tercantik di antara teman-temannya. Diantara mereka beredar kata-kata, "Mendapatkan senyuman dari Garnasih ibarat mendapat uang seringgit." Banyak pemuda yang menaruh kasih padanya. Rasa kasih tersebut diberikan dalam bentuk uang yang rata-rata jumlahnya seringgit. Itulah awal muda sebutan "Inggit" yang kemudian menjadi nama depannya.

Ingin Di Filmkan

"Inggit di mata Soekarno adalah tiga pribadi sekaligus, yaitu kekasih, kawan, dan ibu yang hanya memberi tanpa menuntut balas," begitu tagline yang tertulis pada sampul buku 'Kuantar Ke Gerbang'.

Riwayat hidup Inggit Ganarsih dan kisah cintanya dengan Bung Karno yang tertuang di dalam sebuah buku biografi karya Ramadhan K.H itu akan segera difilmkan oleh Sukma Putra Film. Manu Sukmajaya, produser Sukma Putra Film yang telah memproduksi film sejak tahun 1960-an, mengatakan film ini akan sama persis seperti bukunya.

"Tidak ada referensi lain selain buku ini. Dikurangi mungkin, tapi kalau ditambahin enggak boleh," katanya saat ditemui di Setiabudi Building, Jakarta. Manu pun mengungkapkan tertarik untuk menggarap film itu karena banyak orang yang lupa dengan sosok Inggit. Padahal, dari tahun 1923 hingga 1943, Inggit selalu mendampingi Soekarno.

Menurut Manu, pengorbanan Inggit begitu besar, namun nyatanya tak banyak yang menyadari keberadaannya. Tak hanya itu, Inggit adalah salah satu perempuan yang tak bisa baca-tulis namun bisa menginjakkan kaki di istana.

Selain itu, produser yang biasa bekerja sama dengan sutradara legendaris seperti Sjuman Djaja, Teguh Karya, Arifin C. Noer, dan Slamet Rahardjo ini mengaku bahwa sebenarnya ia telah memiliki persetujuan dari Ibu Inggit dan Ramadhan K.H. sejak tahun 1981. Namun, situasi pada saat itu tidak memungkinkannya untuk menggarap film ini. "Film ini bukan tentang Soekarno, apalagi tentang politik," tuturnya.

Sayangnya, Manu belum bisa menyebutkan siapa yang akan menjadi sutradara ataupun pemain film itu. Dia hanya mengatakan kalau akan ada audisi untuk pemeran Inggit Garnasih dan Bung Karno. Rencananya, pengambilan gambar akan dimulai awal tahun depan agar Desember 2014 sudah bisa tayang.
Source : wikipedia.co.id

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Cari Blog Ini

Translate

Pages