About Us

Minggu, 26 Mei 2013

Propaganda AS Terkait Isu Nuklir Iran


Propaganda AS Terkait Isu Nuklir Iran


Di tahun 2002, dalam pidato pertamanya sebagai presiden Amerika Serikat, George Walker Bush memasukkan Iran dalam kelompok negara-negara yang ia sebut dengan istilah “Poros Setan”. Di tahun berikutnya, dalam pidato kenegaraannya Bush menyodok lagi dengan pernyataan, “Orang-orang Iran, sebagaimana semua orang, memiliki hak untuk memilih pemerintahan mereka sendiri, dan menentukkan nasib mereka sendiri, dan Amerika mendukung cita-cita mereka untuk hidup dalam kebebasan.” Apakah ini isyarat awal yang mempertontonkan sekali lagi nafsu AS untuk campur tangan dalam urusan internal negara lain yang berdaulat?





google.co.id

Dengan pidato-pidato kenegaraan yang semacam itu, tampaknya Bush tinggal mengarang-ngarang alasan untuk menyerang Iran, sebagaimana yang sering dilakukan AS sebelum-sebelumnya. Ketika Ahmadinejad terpilih menjadi Presiden, pemerintahan Bush menghembuskan propaganda bahwa sang presiden terpilih itu adalah salah seorang yang ikut menyandera warga Amerika di Teheran. Tuduhan itu tidak bisa dibuktikan, dan kini mereka melangkah ke tahap berikutnya, mengeluarkan tuduhan sebagaimana yang dilontarkan kepada Saddam Hussein untuk menggulingkannya dan itu tidak pernah terbukti, bahwa Iran sedang memproduksi senjata pemusnah massal.

Inilah salah satu politik luar negeri AS dengan cara propaganda untuk menciptakan opini buruk tentang negara atau pemerintahan yang hendak diserbu, sasarannya kali ini adalah Iran. Hal ini terbukti sampai pada pemerintahan sesudah Bush, yakni Obama, isu nuklir Iran semakin sentar terdengar di tiga tahun terakhir ini, dan sepertinya AS tidak mau isu ini berhenti. Iran yang tidak memiliki kekuatan cukup untuk mempertahankan diri kemudian distempel dengan sebutan “negara jahanam” (rogue state) oleh AS.

Dan karena Iran tidak bisa membela diri dan tidak bisa berkelit dari tuduhan yang diarahkan kepadanya, sekalipun kejahatan itu kemungkinan besar tak pernah ada, hal yang terjadi adalah negara ini semakin keras kepala. Harga diri yang terusik membuat Iran enggan berkompromi demi mempertahankan integritas nasionalnya. Hal ini semakin menjengkelkan pihak AS, maka apa yang harus dilakukan pihak penuduh, ya sudah tentu aksi berikutnya harus segera diambil.

Langkah selanjutnya adalah pengucilan, yang dilakukan dengan beberapa tahapan. Iran dikucilkan dari lembaga-lembaga internasional dan dari upaya-upaya bantuan. Amerika mengajak sekutu-sekutunya agar mengikuti kehendaknya. Kita tahu, di berita-berita, AS, Israel, Inggris, Perancis, Jerman yang selama ini paling keras mengkritik program nuklir Iran, yang berujung pemberian sanksi pada negara itu. Kadang-kadang embargo saja dirasa kurang memuaskan bagi mereka.

Iran merupakan salah satu negara yang bertahan dari embargo tersebut, dengan rasa nasionalisme fanatik yang diterapkan Mossadegh, membuat Inggris tidak senang akan hal itu. Perdana Menteri Mossadegh dalam periode lebih dari 40 tahun karirnya di panggung publik, “memperoleh reputasi sebagai patriot yang jujur.” lagi-lagi pada saat itu Amerika dengan badan intelijennya CIA memainkan perannya dengan menguatkan pertentangan antara Syah dan Mossadegh. Syah iran yang masih muda, pada tanggal 15 Agustus 1953, yang telah dilemahkan secara politisi dalam proses politik yang berlangsung di Irak, membuat keputusan yang mengejutkan dengan memecat Mossadegh dari jabatannya.

Tetapi waktu yang cukup lama bagi rakyat Iran untuk bangkit melawan penindasan yang dilakukan oleh Syah dengan dukungan Amerika Serikat. Akhirnya tahun 1979, ia ditumbangkan dalam Revolusi Islam yang dipimpin oleh Ayatullah Khomeini. Namun apakah skenario AS pada zaman dulu akan di ulang kembali dengan menguatkan isu nuklir Iran pada pemerintahan Ahmadinejad yang dikenal sebagai sosok nasionalisme dan fundamentalisme Islam yang kental, untuk menjatuhkan rezimnya di Teheran. Berbagai tudingan mewarnai isu ini, hingga membuat opini dunia terbawa oleh propaganda media yang dilakukan Amerika dan sekutunya.

Saat ini, AS dan Israel menuding Iran mengalihkan program nuklirnya untuk tujuan militer dan berdasarkan tuduhan tersebut Washington dan Tel Aviv mengadopsi sikap agresif terhadap Teheran dan bahkan mengancam akan melancarkan serangan militer terhadap fasilitas nuklir Iran.

Teheran membantah tuduhan tersebut dan menegaskan bahwa sebagai menandatangani Traktat Non-Proliferasi Nuklir (NPT), dan anggota IAEA menyatakan bahwa Iran berhak mengembangkan teknologi nuklir untuk tujuan damai.

Perdana Menteri Rusia, Vladimir Putin menuduh negara-negara Barat menggunakan isu program nuklir Iran sebagai alasan untuk menggulingkan rezim di Teheran. Putin menyatakan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) tetap memperhatikan kemungkinan adanya aspek militer dalam program nuklir Iran.

“Saya mencurigai upaya mencegah proliferasi senjata nuklir Iran, dilatari tujuan lain yaitu mengulingkan rezim di Iran.” Kata Putin dalam sebuah pidato jumat , 24 Februari 2012 waktu setempat. Rusia mendukung resolusi PBB agar Iran menghentikan pengayaan Uranium, namun menentang pemberian sanksi lebih lanjut kepada Iran. Seperti dilansir di bbcindonesia.com

Propaganda Serupa

Opini publik dunia yang berkembang akibat propaganda AS dan sekutunya dalam upaya menjatuhkan pemerintahan Ahmadinejad sudah terlihat jelas. Ini juga yang dilakukan AS ketika memerangi Irak dengan alasan yang sama. Para petinggi Washington saat itu menyatakan bahwa Saddam, dengan persenjataan mematikan seperti senjata kimia, biologi dan nuklirnya, bisa memasok senjata pemusnah massalnya kepada kelompok-kelompok teroris untuk melawan AS.

Para penentang aksi militer Irak menolak tuduhan Bush. Mereka menunjukkan laporan CIA di bulan Oktober 2002 yang menyimpulkan bahwa Saddam tampaknya tidak menjalin hubungan dengan kelompok teroris kecuali ia merasa pemerintahannya dalam keadaan bahaya. Para pengkritik juga mengatakan bahwa Saddam sama sekali bukan ancaman besar.

Tetapi Bush dan orang-orangnya tetap mempertahankan kebohongan yang mereka ciptakan. Dalam pidato-pidato dan sejumlah laporan berikutnya, Bush dan para petinggi pemerintahannya menyatakan akan melakukan aksi militer pencegahan demi menyingkirkan ancaman potensial tersebut. Pada pidatonya bulan Januari 2003, Bush mengutip laporan bahwa Saddam telah berupaya membeli “Uranium dari Afrika dalam jumlah besar” dan juga selongsong alumunium untuk membuat senjata nuklir. Kelak terbukti bahwa kedua tuduhan tersebut meleset sama sekali. Tuduhan bahwa Irak membeli uranium dari Afrika didasarkan pada dokumen-dokumen rekayasa. Tuduhan pembelian selongsong alumunium dibantah oleh Departemen Energi AS sendiri.

Hal tersebut serupa dengan apa yang terjadi pada kasus isu nuklir Iran, Presiden Ahmadinejad, menyatakan bahwa Politisasi itu, dilakukan oleh negara-negara kapitalis yang selama ini melawan Iran. Padahal, dari hasil laporan Badan Energi Atom Internasional (IAEA), Iran tidak terbukti tengah mengembangkan senjata Nuklir.

“Sudah ada 10 laporan dari IAEA. Tidak ada satupun yang mengakui kalau Iran memiliki program senjata Nuklir.” Tegas Ahmadinejad. Tak ada hal positif apapun bagi suatu negara yang mengembangkan nuklir. Bahkan ia menyebut negara yang berminat mengembangkan senjata jenis ini sama halnya berjalan mundur ke belakang.

Kita lihat bukti disini sudah jelas, bahwa apa yang dikatakan pihak AS dan sekutunya tidak benar, tetapi mengapa Amerika sepertinya tidak terima dengan kenyataan tersebut. Mereka berdalih bahwa laporan IAEA menunjukkan Iran gagal meyakinkan masyarakat internasional tentang maksud damai program nuklirnya. Laporan itu juga menyatakan Iran meningkatkan jumlah mesin yang digunakan untuk pengayaan Uranium dan menambah produksi uranium 20% lebih tinggi.

Berdasarkan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) program pengembangan senjata nuklir akan terlaksana jika produksi uranium sudah mencapai 90%. Tapi Iran hanya mengembangkan sampai 20% dan itu juga untuk kepentingan pengobatan bagi warganya. Dalam Agenda AS, isu nuklir Iran ini harus terus dikesankan sebagai ancaman dengan pengembangan senjata pemusnahan itu. Disisi lain, tujuan di balik upaya itu adalah mencegah kemajuan Iran di bidang Nuklir. Menurut Daily China edisi 21 Juni 2012, melalui cara ini AS ingin mempertahankan ketergantungan negara-negara Timur Tengah dalam membeli persenjataan dari AS dan juga melestarikan pangkalan-pangkalan militernya di kawasan timur tengah.

Kita ketahui setelah AS berhasil menguasai Irak pada tahun 2003, termasuk di dalamnya Bagdad dan beberapa kota besar lainnya serta menggulingkan pemerintahan Saddam Hussein. Tapi mengapa PBB selaku lembaga internasional yang mementingkan perdamaian dunia tidak dapat berbuat apa-apa ketika serangan tersebut terjadi. Amerika dengan leluasa melakukan invasi terhadap Irak, sampai meluluhlantahkan negeri tersebut.

PBB yang dimotori oleh 5 negara sebagai dewan keamanan PBB, selalu berada di belakang Amerika. Amerika seperti dengan mudah dapat melobi PBB untuk kepentingan pribadi negaranya. Amerika Serikat selalu melakukan hal-hal yang sepihak, tidak peduli dengan pendapat pihak lain. Ia berperang dengan senjata biologi, senjata kimia dan senjata pemusnah massal lainnya, serta tidak lupa propaganda. Jika demikian seperti itu, apa yang ia lakukan terhadap Israel? Jelas Israel memiliki kesemua senjata tersebut dengan tujuan kepentingan militer. Apa karena Israel “Sahabat” Amerika? Sehingga setiap kali Amerika selalu membela Israel termasuk aksinya ketika membombardir Palestina. Inilah salah satu fakta standar ganda yang diterapkan Amerika dalam menguatkan isu nuklir Iran. Selain itu, Ia juga membunuh rakyat sebuah negara dengan perang ekonomi yang ledakannya tidak bergemuruh, tetapi merenggut nyawa ratusan ribu bahkan jutaan warga sebuah negara.

Apa sebenarnya yang diinginkan Amerika Serikat dengan tuduhan inisiatif tentang pengembangan nuklir di Iran, dari uraian diatas bisa kita tarik benang merahnya. Pertama Amerika tidak senang dengan pemerintahan Ahmadinejad yang bercorak nasionalisme dan fundamentalisme Republik Islam di Iran, sehingga berniat menjatuhkan rezim Ahmadinejad.

Kedua, propaganda yang dilakukan Amerika melalui media, membentuk suatu opini publik dunia agar sesuai dengan pendapat yang dilontarkannya, sehingga membuat Iran sebagai negara ancaman bagi kedamaian dunia. Dibuktikan dengan fokus soal waktu dan tempat perundingan yang dilakukan untuk membahas persoalan Iran ini lebih banyak ke arah media dan propaganda ketimbang mencari mekanisme dasar untuk masuk ke pokok pembahasan.

Ketiga, Iran adalah salah satu penghasil minyak bumi terbesar, bisa dikatakan dimana ada kilang minyak, disitu pasti ada campur tangan Amerika, Sebenarnya wilayah tanah Amerika yang tidak menghasilkan minyak bumi, membuatnya “merampok” kilang minyak di beberapa wilayah Timur Tengah, mereka raup habis untuk kepentingan pribadi negaranya. Itulah yang terjadi pada invansi AS pada Irak tahun 2003 lalu. Yang pada akhirnya, negara-negara Arab merasa ketakutan akan kekuatan Amerika. Sehingga Amerika dapat meluaskan pangkalan-pangkalan militernya di wilayah Timur Tengah yang sekarang sedang bergejolak, tentu hal ini tidak terlepas dari campur tangan Amerika Serikat.


Referensi :

Harian Pagi Pikiran Rakyat 26 Mei 2012 dan 21 Juni 2012

BBC-http://news.bbc.co.uk , vivanews.co.id diakses tanggal 02 April 2013

Setia, Pandu. Pengantar: A.S Laksana. 2007. Amerika Mengobarkan Perang. Jakarta: Mediakita

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Cari Blog Ini

Translate

Pages