About Us

Rabu, 22 Maret 2017

Menyeimbangkan Hati dan Otak

Tahukah Anda bahwa menurut petunjuk Al-quran, hati berada di atas segala-segalanya; di atas otak dan alat-alat indera lahir lainnya. Selain itu upaya untuk mencerdaskan hati sebaiknya di dahulukan daripada upaya mencerdaskan kognitif dan psikomotor.





source : google.com

Dalam percakapan sehari-hari, kita sering mendengar “Jika Anda ingin menguasai seseorang, kuasailah hatinya”, artinya bahwa hati merupakan substansi. Mengendalikan diri sendiri berarti kita harus mengendalikan atau mengikat hati kita sendiri. Dalam hadits Nabi SAW. Sebagai berikut: “sesungguhnya di dalam tubuh itu ada mudhghah (segumpal darah). Jika ia baik, maka baiklah seluruh jasad. Jika ia rusak maka rusaklah seluruh jasad. Ketauhilah bahwa dia itu adalah hati(qalb).” (HR. Bukhori dan Muslim). Terdapat juga hadits lain yaitu, “sesungguhnya Allah tidak melihat kecantikan luar (shuwar)mu, bentuk tubuh mu (ajsam)mu, dan tidak pula melihat kekayaanmu, tetapi ia melihat hati (qulub) dan amal perbuatanmu.” (HR. Thabrani).

Dengan kata lain bahwa hati bisa diartikan segala tindakan, pemikiran, baik lahir maupun bathin semuanya tunduk pada kehendak dan perintah dari hati kita. Dan hati adalah sebagai pengontrol semua tindakan serta pemikiran kita. Semuanya itu berasal dari persetujuan hati kita. Menurut pemikiran Al-Ghazali, hati merupakan hakikat manusia, dengannya manusia dapat mengerti, mengetahui, dan mengenal. Dan karenanya pula manusia dapat diajak bicara, diberi sanksi, dicela atau bahkan diperintah.

Pemikiran Al-Ghazali tersebut memberi penegasan bahwa substansi dan prosesor manusia berpusat di hati. Hati merupakan pusat garapan pendidikan dan dan pusat kecerdasan. Sachiko Murata, muslimah asal Jepang, seorang profesor studi-studi agama dan Departemen of Comparative Studies di States University of New York memahami isyarat-isyarat Al-quran tentang hati. Menurutnya Al-quran menggambarkan hati sebagai lokus dari apa yang membuat manusia menjadi seorang manusiawi, pusat dari kepribadian manusia, pusat dimana manusia bertemu dengan Tuhan dan pusat sejati dari seorang manusia. Seperti pada firman Allah SWT. Sebagai berikut: “sungguh beruntung orang yang menyucikan jiwa (hati) itu. Dan sungguh rugi orang yang mengotorinya.” (QS Asy-syams : 9-10) dan “yaitu pada hari ketika harta dan anak-anak tidak berguna. Kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.” (QS Asy-syu’ara’: 88-89).

Pendidikan hati dan pelurusan hati bertujuan untuk memunculkan kecerdasan yang dimilikinya untuk mengobati penyakit-penyakit psikis yang dideritanya. “Dengan memelihara hati dari penyakit-penyakit hati akan menjadikan kita sebagai manusia beruntung”(William C. Chittik, The Sufi Path Of Knowledge: Hermeneutika Al-quran Ibn Arabi: 2001, hlm 69).

Betapa pentingnya hati bagi manusia. Akan tetapi di belahan dunia Barat, didapatkan suatu penemuan informasi baru yang cukup mendasar mengenai anatomi dan fisik otak manusia yang luar biasa.

Penemuan-penemuan baru tentang kemampuan luar biasa dari otak manusia tersebut mengubah peta kecerdasan manusia. Kecerdasan yang semula hanya berupa kecerdasan intelektual (IQ-Intelliegence Quontient) saja, kini antara lain Danah Zohar dan Ian Marshall memperkenalkan dua kecerdasan lain, yaitu kecerdasan emosional dan (EQ-Emotional Quontient) dan kecerdasan spiritual (SQ-Spiritual Quontient). Menurutnya bahwa”model berpikir Barat lama tidaklah memadai. Berpikir bukanlah proses otak semata-mata dan bukan urusan IQ saja. Sebab hematnya berpikir tidak hanya dengan otak, tetapi juga dengan emosi dan tubuh (EQ), serta dengan semangat, visi, harapan, kesadaran akan makna dan nilai (SQ).”(Danah Zohar dan Ian Marshall, 2001 : 154).

Dengan kata lain, penemuan baru tentang konsep dan fisik dari otak manusia yang dahsyat oleh para pemikir di Barat tersebut menyimpulkan bahwa prosesor manusia itu berpusat di otak.

Kenyataan di atas merupakan dua fenomena yang sepertinya bertentangan. Namun sesungguhnya jika kita lihat tubuh manusia yang terdiri dari hati, otak, sistem-sistem tubuh lain baik lahir maupun bathin, semuanya memiliki ketergantungan satu sama lain yang tidak bisa terpisahkan, saling membutuhkan dan mengokohkan fungsinya satu sama lain. Tanpa pengetahuan teoritis dari kerja otak serta pengetahuan empiris dari alat-alat indera lainnya, maka fungsi hati yang holistik dan spiritual tidak akan berjalan baik. Sebaliknya juga tanpa pengetahuan holistik dan spiritual dari kerja hati, fungsi otak akan menjadi hampa dan kering. Ada adigium menyatakan “Akal tanpa hati menjadikan manusia seperti robot. Pikir tanpa dzikir menjadikan manusia seperti setan. Iman tanpa ilmu sama dengan pelita di tangan bayi. Sedangkan ilmu tanpa iman bagaikan pelita di tangan pencuri.” Dalam terminologi tasawuf dikatakan “Hakikat tanpa syariat adalah kebatilan, sedang syariat tanpa hakikat adalah perbuatan sia-sia.” Hakikat adalah pengetahuan yang diperoleh melalui hati, sedangkan syariat adalah pengetahuan yang di peroleh melalui otak.”(M. Yaniyullah: Melejitkan kecerdasan hati dan otak. 2005: hlm 26).

Hati dan otak adalah bagian yang sangat penting bagi manusia, manakah yang harus kita pilih, hati atau otak? Kalau saja kita bisa menyeimbangkan kemampuan otak dan hati secara baik, insya Allah kita akan bisa mengarungi masalah-masalah kehidupan sesulit apapun. Karena Allah telah menyiapkan banyak sekali jalan keluar dengan semua masalah yang kita hadapi.

Semoga bermanfaat...

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Cari Blog Ini

Translate

Pages